Pendahuluan
Batik yaitu seni pembatikan kain yang sudah menjadi komponen tidak terpisahkan dari tradisi Indonesia. Salah satu macam batik yang mempunyai keunikan sendiri yaitu Batik Sunda, yang ialah warisan tradisi khas dari kawasan Sunda, termasuk kota Bandung di Jawa Barat. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi estetika dan kekayaan Batik Sunda serta pentingnya seni tradisional ini dalam mempertahankan warisan tradisi Indonesia.
1. Sejarah Batik Sunda
Batik Sunda mempunyai sejarah yang panjang dan sudah diturunkan dari generasi ke generasi di masyarakat Sunda. Seni pembatikan ini diandalkan sudah ada semenjak abad ke-13, seiring dengan perkembangan kerajaan-kerajaan Sunda di Jawa Barat. Batik Sunda diberi pengaruh oleh kekayaan tradisi dan lingkungan alam sekitar. Motif-motifnya mencerminkan kehidupan sehari-hari, alam, serta legenda dan mitos Sunda.
2. Karakteristik Batik Sunda
Batik Sunda mempunyai karakteristik yang khas, bagus dalam pola, warna, ataupun teknik pembuatannya. Motif-motif Batik Sunda biasanya terinspirasi oleh flora dan fauna setempat, seperti bunga, daun, burung, dan kupu-kupu. Kecuali itu, pola geometris dan garis-garis halus juga tak jarang diterapkan. Warna-warna natural yang dominan dalam Batik Sunda yaitu merah, hitam, kuning, dan hijau. Teknik pembatikan menerapkan canting, merupakan alat khusus yang diterapkan untuk menerapkan malam (lilin) pada kain sebelum pengerjaan pewarnaan.
3. Simbolisme dan Makna
Tiap motif dan pola dalam Batik Sunda mempunyai makna dan simbolisme tersendiri. Semisal, motif Parang Rusak melambangkan keberanian dan keteguhan hati, meskipun motif Ceplok Kawung melambangkan kesucian dan kesempurnaan. Banyak motif Batik Sunda juga mempunyai cerita dan legenda yang berkaitan dengan sejarah dan mitos Sunda, memberikan dimensi tradisi yang dalam dalam tiap-tiap karya batik.
4. Produksi Batik Sunda
Produksi Batik Sunda dijalankan secara tradisional dengan pengerjaan yang memerlukan ketelatenan dan keahlian tangan. Pada tahap pertama, kain putih atau kain katun dipersiapkan dan pola-pola dipakai menerapkan malam (lilin). Sesudah itu, kain diwarnai dengan menerapkan pewarna natural atau pewarna sintetis. Berikutnya, kain dikeringkan dan malam (lilin) diberi pada komponen-komponen yang akan konsisten berwarna dasar. Cara ini bisa diulang sebagian kali untuk menempuh tingkat kompleksitas dan estetika yang diharapkan. Kesudahannya, kain dicuci dan disetrika untuk menghilangkan malam (lilin) dan mewujudkan batik yang siap diterapkan atau dipamer